asdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
Begitulah yang terdengar di telingaku. Asing. SANGAT.
Selayaknya sedang pergi keluar negeri. Ah tidak. Aku masih bisa berbahasa
inggris. A little bit but not an expert or something, whatever lah.
Apakah aku akan bertahan disini? Bagaimana jika pada saat pencacahan aku tidak
mendapatkan responden yang dapat bercakap menggunakan bahasa Indonesia. Mm
mungkin itu masih dapat dibantu oleh mitra-mitra yang tidak hanya bisa
berbahasa daerah setempat juga mengerti tentang medan. Tidak apa-apa, belum
genap seminggu kok aku merantau disini. Kedepannya, dipikir nanti. Tapi
bagaimana ketika aku membutuhkan suatu bantuan dan harus berbahasa bugis? Tidak
tahu. Hehe.
AKU TIDAK BISA DAN TIDAK MENGERTI BAHASA BUGIS.
================= ====================================================================
Pagi ini aku diajak Kak Win untuk mengunjungi kecamatan
paling ujung di Kabupaten Pinrang, Suppa. Ajakan ini berhubungan dengan
pengawasan yang akan dilakukan oleh Kak Win terkait pencacahan Survey Angkatan
Kerja Nasional (SAKERNAS), nama survey yang cukup sering dikenalkan ketika aku
masih bersekolah (ecielah sekolah, iyala sekola tinggi ilmu setatistik).
Perjalanan dari kantor yang terletak di pusat kota Pinrang (Wattang Sawitto),
menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 menit. Jalan yang kami lalui
ditemani oleh banyak pepohonan yang ringan serta kanan kiri sawah terbentang
luas. Wah cukup menarik untuk ubinan #ngawur, pikirku dalam hati.
Masuk kecamatan Suppa, jalan yang kami tempuh cukup terjal.
Belum terlalu bagus. Tapi itu normal sih. Di Jawa pun sama. Ada juga yang belum
mulus jalannya. Terkadang harus melalui lubang jalan yang cukup dalam dan tidak
kelihatan untuk jarak pandang sekian meter. Tetap bagus nih untuk sepeda motor
jenis bebek yang bandel. Lain hal nya jika motor matic, harus siap-siap
'kejeglung' ria untuk beberapa saat (meskipun motor bebek pun sama sih, hanya
tidak terlalu parah).
Bagi teman-teman yang belum paham tentang SAKERNAS, ini aku
ada penjelasan singkat ya terkait hal itu. Jadi, SAKERNAS adalah salah satu
sumber data ketenagakerjaan yang penting di Indonesia. SAKERNAS ini juga sangat
bermanfaat, buktinya, sudah banyak pihak yang menggunakannya. Jangan salah,
tidak hanya sebatas dalam negeri saja, pihak-pihak asal luar negeri juga banyak
yang mencari loh.
SAKERNAS di Kecamatan Suppa untuk rumah tangga (ruta) yang
menjadi ruta terakhir di blok kami atau ruta pertama yang kami datangi pagi ini
letaknya tidak terlalu masuk pada sebuah gang yang berbatasan dengan jalan
utama masuk Kecamatan Suppa. Rumahnya berjenis panggung, jenis rumah yang masih
asing dan sangat menarik bagiku. Yap. Pemandangan langka bahkan belum pernah
aku temui di Jawa.
Biasanya dibawah rumah panggung disediakan semacam amben(?)
yang dijadikan orang yang tinggal di rumah itu untuk duduk-duduk bersantai ria.
Suasana di bawah rumah sangat rindang, meskipun tempat sekeliling yang tidak
tertutup rumah sangatlah panas. Kondisi yang sangat identik dengan wilayah
pedesaan sangat kental disini (iyalah namanya juga desa, mau di Jawa atau
Sulawesi sama). Banyak ayam peliharaan kesana kemari. Dan, oh, aku juga tadi
dalam perjalanan menemui anjing peliharaan. Tapi itu saat masih di kota sebelum
masuk kecamatan Suppa sih.
Pertanyaan di SAKERNAS sejatinya cukup sederhana. Lamanya
hanya di perulangan setiap anggota ruta yang berumur 5 tahun keatas yang
berulang kali ditanyakan dengan pertanyaan yang sama antar anggota ruta.
Susahnya, diketawain. Hehe. Pertanyaannya terkadang dianggap lucu oleh
responden. Aku kira biasa saja pertanyaannya. Cuma ketika dititik sebelah mana
tiba-tiba saja isi satu rumah tertawa saja. Aku refleks meringis, tertawa
sedikit. Entah apa yang mereka tertawakan. Sulitnya ada tidak? Ada, jawab
petugas cacah lapangannya sambil senyum-senyum. Susahnya mengklasifikasikan
jenis pekerjaan tentunya. Hal itu karena di lapangan, jenis pekerjaan akan
terpecah menjadi banyak sekali dengan kriteria masing-masing.
Ruta selanjutnya. Horor. Kakak mitra kami sempat
memperingatkan, hati-hati. Pasalnya, biasanya ketika masuk kebun yang kami
lewati untuk masuk ruta ini, pasti ada yang mengikuti. Laki-laki katanya. Nah
horornya adalah, laki-laki itu buka c3lan4. Okay, sudah tahu kan kelanjutannya?
Nah. Saat kami pulang, laki-laki itu muncul. Tepat saat kami akan pulang. Aku
yang tidak sadar, langsunglah berpaling melihat belakang, sungguh, beneran aku
tidak tahu kalau dibelakang ada laki-laki itu. Tidak kok. Aku tidak lihat
bagian bawahnya. Ibu responden yang baru saja kami wawancarai berkata bahwa,
dia agak tidak waras. Duh…
Kami menunggu dengan sabar dan was-was selama 2 menit deh.
Ibu ruta sampel kami untungnya baik, dan mengusir laki-laki itu sekaligus
mengawasi jalan sampai kami pergi. Salutnya lagi untuk ibu itu adalah beliau
menyiapkan dokumen-dokumen seperti KK dan kawan-kawannya agar memudahkan pencacah
menuliskannya dalam kuesioner. Sisanya, tidak paham. Saya tidak bisa dan
tidak paham apa yang mereka bicarakan.
Hampir sebagian besar wilayah di Kecamatan Suppa, memanjang
di bibir pantai yang bernama Lowita. Pantai itu merupakan ujung dari Selat Makassar
apabila dilihat dari daratan Sulawesi. Selat Makassar menghubungkan antara
daratan Kalimantan dan Sulawesi. Pantai disini memiliki ombak yang tidak
terlalu ganas. Hanya panas. Sedikit. Rasanya jauh sekali memandang kelautan
menelisik Pulau Kalimantan diujungnya. Rindu, #ngawurpart2 #skip. Hehe.
Beberapa ruta terakhir benar-benar berada di bibir pantai.
Yap, Pantai Lowita. Aku sempat mendekati bibir pantainya untuk memandangi laut
dari kejauhan. Kata Kak Win, lautan yang luas itu adalah Selat Makassar. Aku
memandangi ujung lautan itu dengan dalam. Ingin ke Kalimantan timur.. Ingin
bertemu dengan banyak hal. Termasuk… #skipkeras
Pulangnya, aku ditraktir Bakso Solo sama Kak Win. Yeay
terimakasih kak. Belum sempat aku mengucap apa yang ingin aku pesan, tiba-tiba
mas-mas pedagangnya nyletuk dengan bahasa Jawanya yang kental, Badhe nopo
Mbak (mau yang mana mbak)? Sejurus kemudian, langsung kupilih, bakso biasa.
Pada saat kami sibuk makan, mengalunlah music jawa (MUSIK AMBYAR) yang
sepertinya dimainkan secara live. Uh aku rindu banget dengan Jawa.
Waktu pada saat itu sudah menunjukkan pukul 4 sore lebih. Semuanya
seru. Pengawasan yang dilakukan. Medan yang kami tempuh. Orang-orang disini
juga sangat ramah. Sayangnya, kakak mitra kami belum terlalu mensosialisasikan
Sensus Penduduk (SP) Online. Perlu diketahui juga, ruta terpilih yang kami
datangi pun hanya ruta biasa, sehingga apabila dilakukan sosialisasi pun
mungkin hanya terbatas dilingkup keluarga yang tinggal di rumah itu saja,
begitu pertimbangannya. Sekalinya, sosialisasi sudah terucap, ternyata rumah
tangga yang kami datangi tidak memiliki smartphone. Jadi, aku akan
mensosialisasikannya disini saja, bagi pembaca online-ku, dimanapun kalian
berada, jangan lupa sukseskan SP2020 Online, #mencatatIndonesia. Kunjungi:
sensus.bps.go.id
dalam 5 menit saja
kok! Mulai HARI INI (15 FEBRUARI) HINGGA 31 MARET 2020.
Pinrang, 13 Februari 2020
Yeay sakernas. Aku ikut ngawas susenas waktu itu uwu!
BalasHapus