Follow Us @soratemplates

15 Feb 2020

Ngikut Ngawas Sakernas Pertama Kali


asdfghjklzxcvbnmqwertyuiop

Begitulah yang terdengar di telingaku. Asing. SANGAT. Selayaknya sedang pergi keluar negeri. Ah tidak. Aku masih bisa berbahasa inggris. A little bit but not an expert or something, whatever lah. Apakah aku akan bertahan disini? Bagaimana jika pada saat pencacahan aku tidak mendapatkan responden yang dapat bercakap menggunakan bahasa Indonesia. Mm mungkin itu masih dapat dibantu oleh mitra-mitra yang tidak hanya bisa berbahasa daerah setempat juga mengerti tentang medan. Tidak apa-apa, belum genap seminggu kok aku merantau disini. Kedepannya, dipikir nanti. Tapi bagaimana ketika aku membutuhkan suatu bantuan dan harus berbahasa bugis? Tidak tahu. Hehe.

AKU TIDAK BISA DAN TIDAK MENGERTI BAHASA BUGIS.
=====================================================================================

Pagi ini aku diajak Kak Win untuk mengunjungi kecamatan paling ujung di Kabupaten Pinrang, Suppa. Ajakan ini berhubungan dengan pengawasan yang akan dilakukan oleh Kak Win terkait pencacahan Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), nama survey yang cukup sering dikenalkan ketika aku masih bersekolah (ecielah sekolah, iyala sekola tinggi ilmu setatistik). Perjalanan dari kantor yang terletak di pusat kota Pinrang (Wattang Sawitto), menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 menit. Jalan yang kami lalui ditemani oleh banyak pepohonan yang ringan serta kanan kiri sawah terbentang luas. Wah cukup menarik untuk ubinan #ngawur, pikirku dalam hati.

Masuk kecamatan Suppa, jalan yang kami tempuh cukup terjal. Belum terlalu bagus. Tapi itu normal sih. Di Jawa pun sama. Ada juga yang belum mulus jalannya. Terkadang harus melalui lubang jalan yang cukup dalam dan tidak kelihatan untuk jarak pandang sekian meter. Tetap bagus nih untuk sepeda motor jenis bebek yang bandel. Lain hal nya jika motor matic, harus siap-siap 'kejeglung' ria untuk beberapa saat (meskipun motor bebek pun sama sih, hanya tidak terlalu parah).

Bagi teman-teman yang belum paham tentang SAKERNAS, ini aku ada penjelasan singkat ya terkait hal itu. Jadi, SAKERNAS adalah salah satu sumber data ketenagakerjaan yang penting di Indonesia. SAKERNAS ini juga sangat bermanfaat, buktinya, sudah banyak pihak yang menggunakannya. Jangan salah, tidak hanya sebatas dalam negeri saja, pihak-pihak asal luar negeri juga banyak yang mencari loh.

SAKERNAS di Kecamatan Suppa untuk rumah tangga (ruta) yang menjadi ruta terakhir di blok kami atau ruta pertama yang kami datangi pagi ini letaknya tidak terlalu masuk pada sebuah gang yang berbatasan dengan jalan utama masuk Kecamatan Suppa. Rumahnya berjenis panggung, jenis rumah yang masih asing dan sangat menarik bagiku. Yap. Pemandangan langka bahkan belum pernah aku temui di Jawa.

Biasanya dibawah rumah panggung disediakan semacam amben(?) yang dijadikan orang yang tinggal di rumah itu untuk duduk-duduk bersantai ria. Suasana di bawah rumah sangat rindang, meskipun tempat sekeliling yang tidak tertutup rumah sangatlah panas. Kondisi yang sangat identik dengan wilayah pedesaan sangat kental disini (iyalah namanya juga desa, mau di Jawa atau Sulawesi sama). Banyak ayam peliharaan kesana kemari. Dan, oh, aku juga tadi dalam perjalanan menemui anjing peliharaan. Tapi itu saat masih di kota sebelum masuk kecamatan Suppa sih.

Pertanyaan di SAKERNAS sejatinya cukup sederhana. Lamanya hanya di perulangan setiap anggota ruta yang berumur 5 tahun keatas yang berulang kali ditanyakan dengan pertanyaan yang sama antar anggota ruta. Susahnya, diketawain. Hehe. Pertanyaannya terkadang dianggap lucu oleh responden. Aku kira biasa saja pertanyaannya. Cuma ketika dititik sebelah mana tiba-tiba saja isi satu rumah tertawa saja. Aku refleks meringis, tertawa sedikit. Entah apa yang mereka tertawakan. Sulitnya ada tidak? Ada, jawab petugas cacah lapangannya sambil senyum-senyum. Susahnya mengklasifikasikan jenis pekerjaan tentunya. Hal itu karena di lapangan, jenis pekerjaan akan terpecah menjadi banyak sekali dengan kriteria masing-masing.

Ruta selanjutnya. Horor. Kakak mitra kami sempat memperingatkan, hati-hati. Pasalnya, biasanya ketika masuk kebun yang kami lewati untuk masuk ruta ini, pasti ada yang mengikuti. Laki-laki katanya. Nah horornya adalah, laki-laki itu buka c3lan4. Okay, sudah tahu kan kelanjutannya? Nah. Saat kami pulang, laki-laki itu muncul. Tepat saat kami akan pulang. Aku yang tidak sadar, langsunglah berpaling melihat belakang, sungguh, beneran aku tidak tahu kalau dibelakang ada laki-laki itu. Tidak kok. Aku tidak lihat bagian bawahnya. Ibu responden yang baru saja kami wawancarai berkata bahwa, dia agak tidak waras. Duh…

Kami menunggu dengan sabar dan was-was selama 2 menit deh. Ibu ruta sampel kami untungnya baik, dan mengusir laki-laki itu sekaligus mengawasi jalan sampai kami pergi. Salutnya lagi untuk ibu itu adalah beliau menyiapkan dokumen-dokumen seperti KK dan kawan-kawannya agar memudahkan pencacah menuliskannya dalam kuesioner. Sisanya, tidak paham. Saya tidak bisa dan tidak paham apa yang mereka bicarakan.

Hampir sebagian besar wilayah di Kecamatan Suppa, memanjang di bibir pantai yang bernama Lowita. Pantai itu merupakan ujung dari Selat Makassar apabila dilihat dari daratan Sulawesi. Selat Makassar menghubungkan antara daratan Kalimantan dan Sulawesi. Pantai disini memiliki ombak yang tidak terlalu ganas. Hanya panas. Sedikit. Rasanya jauh sekali memandang kelautan menelisik Pulau Kalimantan diujungnya. Rindu, #ngawurpart2 #skip. Hehe.

Beberapa ruta terakhir benar-benar berada di bibir pantai. Yap, Pantai Lowita. Aku sempat mendekati bibir pantainya untuk memandangi laut dari kejauhan. Kata Kak Win, lautan yang luas itu adalah Selat Makassar. Aku memandangi ujung lautan itu dengan dalam. Ingin ke Kalimantan timur.. Ingin bertemu dengan banyak hal. Termasuk… #skipkeras

Pulangnya, aku ditraktir Bakso Solo sama Kak Win. Yeay terimakasih kak. Belum sempat aku mengucap apa yang ingin aku pesan, tiba-tiba mas-mas pedagangnya nyletuk dengan bahasa Jawanya yang kental, Badhe nopo Mbak (mau yang mana mbak)? Sejurus kemudian, langsung kupilih, bakso biasa. Pada saat kami sibuk makan, mengalunlah music jawa (MUSIK AMBYAR) yang sepertinya dimainkan secara live. Uh aku rindu banget dengan Jawa.

Waktu pada saat itu sudah menunjukkan pukul 4 sore lebih. Semuanya seru. Pengawasan yang dilakukan. Medan yang kami tempuh. Orang-orang disini juga sangat ramah. Sayangnya, kakak mitra kami belum terlalu mensosialisasikan Sensus Penduduk (SP) Online. Perlu diketahui juga, ruta terpilih yang kami datangi pun hanya ruta biasa, sehingga apabila dilakukan sosialisasi pun mungkin hanya terbatas dilingkup keluarga yang tinggal di rumah itu saja, begitu pertimbangannya. Sekalinya, sosialisasi sudah terucap, ternyata rumah tangga yang kami datangi tidak memiliki smartphone. Jadi, aku akan mensosialisasikannya disini saja, bagi pembaca online-ku, dimanapun kalian berada, jangan lupa sukseskan SP2020 Online, #mencatatIndonesia. Kunjungi:

sensus.bps.go.id

 dalam 5 menit saja kok! Mulai HARI INI (15 FEBRUARI) HINGGA 31 MARET 2020.

Pinrang, 13 Februari 2020

1 komentar: