Hari
ini, selasa, 11 februari, belum ada seminggu aku berada di bumi La Sinrang,
kusempatkan diriku untuk belajar banyak hal. Termasuk kajian yang kadang aku
luput untuk menghadirinya ketika aku masih di Jakarta. Lebih karena terbuai
oleh kemewahan kota yang tiada bandingnya dibandingkan di daerah lain di
Indonesia menjadi alasan kesalahanku saat berada disana. Hehe. Memang yang
terlalu berlebihan pun tidak baik.
Suasana
kabupaten Pinrang, tepatnya di Wattang Sawitto yang kadang sejuk, kadang pula
panas, tidak jarang juga hujan, menjadikanku ikut penasaran juga tentang
'rahasia' wilayah disini. Katanya untuk bisa betah disuatu wilayah, kamu harus
menjadikan wilayah yang kamu tempati, andaikanlah seperti rumahmu. Ah ngomong
apasih aku. Intinya, aku berusaha menjadikan kabupaten Pinrang menjadi
destinasi favorit tempat dimana aku akan tinggal dan merantau beberapa waktu
kedepan.
Alhamdulillah
wa syukurillah. Allah menunjukkan aku wilayah yang cukup bagus, dekat dengan
kantor, masjid. Meskipun Pinrang belum ada mall (mall yang ada saat ini tidak
terhitung ya hehe), cukup membuatku ngirit. Iyalah, menabung untuk masa depan.
Bela beli ini itu tentunya dalam rangka aktualisasi diri menjadi lebih baik
kedepannya. Halah. Aamiinkan saja ye.
Kajian
pada malam rabu ini, ditemani oleh Bu Rat, bukan ibuku, meskipun namanya sama.
Aku tidak tahu apakah beliau ikut ngekos atau keluarga dari ibukos. Hanya ibu
tersebut sangat baik. Mengetok pintuku, disaat aku sedang hopeless-nya,
kira-kira ada teman atau tidak untuk kajian. Biasanya ada aneesh yang menunggu
di ujung gang. Saat ini, Bu Rat menjadi temanku di daerah penempatan, selain
ibu kos dan kakak-kakak pegawai.
Sepertinya,
masjid yang aku datangi ini beraliran sunnah. Kajiannya bagus. Tapi. Sayang
bangeeeet. Aku membawa hape, jadi pikiranku tidak fokus. Aku terlalu banyak
main hape ketika ustadnya memberikan ceramah sehingga catatanku berantakan.
Entah itu karena bapak Ustadnya ceramah lompat-lompat, atau aku yang tidak
memperhatikan. Ah, pasti aku deh yang salah. The blame is on me lah
pokoke kalau masalah agama karena masih sangat dangkal. Kajian itu berlangsung
hingga adzan isya berkumandang.
Setelah
mengakhiri solat Isya, aku kemudian meminta izin untuk berpisah dengan ibu Rat
yang sedari tadi menemaniku. Selanjutnya, aku berjalan sendiri. Aku sengaja
pergi menyusuri jalan menuju toko kelontong modern terdekat. Sepanjang
perjalanan entah kenapa setiap langkahnya terasa berat. Biasanya, entah
dimanapun, disekitar kos, aku menjumpai teman sekolahku, setidaknya berpapasan.
Tapi perjalanan kali itu, lebih dari itu. Semuanya terasa berat. Di dunia yang
sangat asing dengan bahasa daerah yang tidak kumengerti, dengan orang-orangnya
yang sama sekali tidak kukenal. Sekali lagi, aku tanyakan pada diriku sendiri,
apakah aku bermimpi? Besar harapanku untuk mimpi yang kesekian kalinya adalah
mimpi yang nyatanya benar mimpi. Aku ingin terbangun. Bangun dikosanku yang di
Jakarta pasti mengasyikkan. Aku bisa mengetok kamar dek Lin untuk numpang
solat, atau sekedar membangunkan si Val, atau mencuci dengan menghirup udara
pagi Jakarta yang sedang sangat kurindukan.
Tapi kali ini tidak. Aku berjalan sendirian.
Akhirnya,
sampai kos, tangisku tumpah. Haha. Aku benar-benar tidak menyangka kalau ini
semua mimpi. Berpisah dengan teman satu angkatan atau orang-orang dekat yang
sudah terbiasa tinggal di sekeliling. Hari itu, aku sudah mulai merantau
sendiri. Di sebuah kabupaten yang sangat jauh dari rumah. Sudah bukan jauh lagi
sepertinya. Tapi, kini, aku berada di pulau yang berbeda dengan ayah, ibu dan
kedua adik-adikku. Aku disini tanpa keluarga (baca. Keluarga bepees tidak
terhitung loh ya). Hehe tambah mellow saja. Untung aku masih ada teman yang
dapat diajak ngobrol. Meskipun lewat telfon, aku merasa tidak sendiri. Meskipun
hanya diiya-iyakan dan menemani sampai tangisku kering. Itu sudah sangat jauh
lebih baik.
Btw,
terimakasih Jakarta akan cerita dan kisah-kasihnya. Satu hal yang baru aku
tahu, Jakarta diciptakan, hanya untuk tempatku singgah, bukan menetap. Tapi aku
sangat-sangat bahagia!
Pinrang,
12 Februari 2020
Siapa tau nanti dapat teman hidup di pinrang mir wkwk
BalasHapus