Follow Us @soratemplates

15 Feb 2020

Kajian Pertama di Pinrang


Hari ini, selasa, 11 februari, belum ada seminggu aku berada di bumi La Sinrang, kusempatkan diriku untuk belajar banyak hal. Termasuk kajian yang kadang aku luput untuk menghadirinya ketika aku masih di Jakarta. Lebih karena terbuai oleh kemewahan kota yang tiada bandingnya dibandingkan di daerah lain di Indonesia menjadi alasan kesalahanku saat berada disana. Hehe. Memang yang terlalu berlebihan pun tidak baik.

Suasana kabupaten Pinrang, tepatnya di Wattang Sawitto yang kadang sejuk, kadang pula panas, tidak jarang juga hujan, menjadikanku ikut penasaran juga tentang 'rahasia' wilayah disini. Katanya untuk bisa betah disuatu wilayah, kamu harus menjadikan wilayah yang kamu tempati, andaikanlah seperti rumahmu. Ah ngomong apasih aku. Intinya, aku berusaha menjadikan kabupaten Pinrang menjadi destinasi favorit tempat dimana aku akan tinggal dan merantau beberapa waktu kedepan.

Alhamdulillah wa syukurillah. Allah menunjukkan aku wilayah yang cukup bagus, dekat dengan kantor, masjid. Meskipun Pinrang belum ada mall (mall yang ada saat ini tidak terhitung ya hehe), cukup membuatku ngirit. Iyalah, menabung untuk masa depan. Bela beli ini itu tentunya dalam rangka aktualisasi diri menjadi lebih baik kedepannya. Halah. Aamiinkan saja ye.

Kajian pada malam rabu ini, ditemani oleh Bu Rat, bukan ibuku, meskipun namanya sama. Aku tidak tahu apakah beliau ikut ngekos atau keluarga dari ibukos. Hanya ibu tersebut sangat baik. Mengetok pintuku, disaat aku sedang hopeless-nya, kira-kira ada teman atau tidak untuk kajian. Biasanya ada aneesh yang menunggu di ujung gang. Saat ini, Bu Rat menjadi temanku di daerah penempatan, selain ibu kos dan kakak-kakak pegawai.

Sepertinya, masjid yang aku datangi ini beraliran sunnah. Kajiannya bagus. Tapi. Sayang bangeeeet. Aku membawa hape, jadi pikiranku tidak fokus. Aku terlalu banyak main hape ketika ustadnya memberikan ceramah sehingga catatanku berantakan. Entah itu karena bapak Ustadnya ceramah lompat-lompat, atau aku yang tidak memperhatikan. Ah, pasti aku deh yang salah. The blame is on me lah pokoke kalau masalah agama karena masih sangat dangkal. Kajian itu berlangsung hingga adzan isya berkumandang.

Setelah mengakhiri solat Isya, aku kemudian meminta izin untuk berpisah dengan ibu Rat yang sedari tadi menemaniku. Selanjutnya, aku berjalan sendiri. Aku sengaja pergi menyusuri jalan menuju toko kelontong modern terdekat. Sepanjang perjalanan entah kenapa setiap langkahnya terasa berat. Biasanya, entah dimanapun, disekitar kos, aku menjumpai teman sekolahku, setidaknya berpapasan. Tapi perjalanan kali itu, lebih dari itu. Semuanya terasa berat. Di dunia yang sangat asing dengan bahasa daerah yang tidak kumengerti, dengan orang-orangnya yang sama sekali tidak kukenal. Sekali lagi, aku tanyakan pada diriku sendiri, apakah aku bermimpi? Besar harapanku untuk mimpi yang kesekian kalinya adalah mimpi yang nyatanya benar mimpi. Aku ingin terbangun. Bangun dikosanku yang di Jakarta pasti mengasyikkan. Aku bisa mengetok kamar dek Lin untuk numpang solat, atau sekedar membangunkan si Val, atau mencuci dengan menghirup udara pagi Jakarta yang sedang sangat kurindukan.

Tapi kali ini tidak. Aku berjalan sendirian.

Akhirnya, sampai kos, tangisku tumpah. Haha. Aku benar-benar tidak menyangka kalau ini semua mimpi. Berpisah dengan teman satu angkatan atau orang-orang dekat yang sudah terbiasa tinggal di sekeliling. Hari itu, aku sudah mulai merantau sendiri. Di sebuah kabupaten yang sangat jauh dari rumah. Sudah bukan jauh lagi sepertinya. Tapi, kini, aku berada di pulau yang berbeda dengan ayah, ibu dan kedua adik-adikku. Aku disini tanpa keluarga (baca. Keluarga bepees tidak terhitung loh ya). Hehe tambah mellow saja. Untung aku masih ada teman yang dapat diajak ngobrol. Meskipun lewat telfon, aku merasa tidak sendiri. Meskipun hanya diiya-iyakan dan menemani sampai tangisku kering. Itu sudah sangat jauh lebih baik.

Btw, terimakasih Jakarta akan cerita dan kisah-kasihnya. Satu hal yang baru aku tahu, Jakarta diciptakan, hanya untuk tempatku singgah, bukan menetap. Tapi aku sangat-sangat bahagia!

Pinrang, 12 Februari 2020

1 komentar: